Posted: 01 Mar 2008, 05:37
Pak Dadang ... Pak Dadang, itu semuanya pernah saya alami, pertama saya nekad beli DF76C RTF dari walkera tapi begitulah namanya pemula nekad dalam 3 bulan pertama sudah menghabiskan part hampir 40% dr harga unitnya sendiri, akhirnya saya putuskan memarkir dulu tuh DF76C saya mundur dulu belajar pakai coaxial heli (selama 6 bulan karena kesempatan main hanya maks 2x seminggu dan itujuga nyuri2 sekitar jam 10 malam dan sendirian lagi) untuk lebih memahami karakter heli walau tidak seluruhnya bisa diwakili oleh tipe coaxial, tapi setidaknya lebih mudah mengendalikannya dan khususnya dengan unit ini saya belajar untuk orientasi (tail in, nose in dan side in) trus dilanjutkan dengan gerakan dasar bikin manuver lingkaran dan angka delapan dari sini baru saya balik lagi ke DF76C sambil belajar bagaimana setting sendiri agar helinya biar lebih jinak sesuai dengan karakter/jempol saya dan dimana saya biasa main. Hal ini saya lakukan karena beberapa kali pernah minta tolong para suhu untuk setting yg menurutnya sudah okay waktu saya coba terbangkan kok masih ada yang ganjel apalagi waktu saya terbangkan ditempat lain, tapi mungkin ini sangat subyektif. 3 bulan setelah balik ke DF76C dan karena tabungan sudah mencukupi saya memutuskan pindah ke 6ch heli saya pilih ZOOM 3DX, secara umum ternyata lebih mudah tapi harus dibayar lebih dahulu dgn 3 set blade+spindle dari pengalaman itu saya belajar setting lebih dalam bagaimana setting baik di heli dan di remotenya sendiri membuat agar handling heli bisa lebih mudah sesuai dengan tingkat kebeletan saya dan ketelmian saya
alhamdulillah akhirnya saya bisa sampai mengendalikan heli tersebut pada tempat yang sempit yaitu didalam garasi tanpa mengalami crash, setahun kemudian baru beranjak ke heli engine dan saya putuskan ambil yg kelas 30 karena saya yakin tidak mampu menerbangkan heli untuk gerakan 3D dan saya cukup puas bisa mengendalikan gerakan patroli saja alias keliaran sana sini dgn mencoba membuat heli diem ato suatu gerakan yang lempeng2 aja maklum nyali saya tidak ada ditambah mata tidak bisa diajak kompromi untuk mengalirkan informasi keotak utk dpt diterjemahkan mana depan/belakang mana kiri/kanan, untuk mengetahuinya mana depan/belakang ato kiri/kanan selalu harus melakukan gerakan tertentu tapi kebanyakan udah telat akhirnya ya gitulah, crash ...
dari pengalaman itu dan semangat mengudara masih ada mulailah lirik2 ke fixwing, disini saya bikin kesalahan lagi yaitu heli belum qatam trus mulai main pesawat secara bersamaan, akhirnya saya menghancurkan 1 buah pesawat, kesalahan saya waktu itu memainkan heli dulu sebelum pesawat akibatnya waktu melakukan counter suatu gerakan refleks saya seperti heli yaitu membayangkan menggerakkan mundur, tahu aja apa yang terjadi dipesawat ya kejengkang deh. nah dari situ akhirnya saya memutuskan mengandangkan heli sampai dengan waktu yg tidak dapat ditentukan tapi pasti suatu saat akan menerbangkan kembali sampai dengan saya bisa melakukan take off dan landing pesawat dengan baik dan benar untuk jenis pesawat dr mulai high wing trainer dan non trainer, low wing tariner dan non trainer maupun mid wing.
nah kira2 begitulah pengalaman saya hingga saat ini dalam berkecimpung hobby aeromodelling diantara waktu selang yang saya miliki, dr 5 bulan saya belajar menerbangkan fixwing dan tentunya dibawah bimbingan para senior dan pakar dibidangnya masing2, alhamdulillah sudah bisa take off sendiri untuk seluruh jenis wing, cuman mendaratkannya jangan ditanya dulu ya masih bisa dihitung dengan jari ... gile tuh deg2an amat ya mendaratkan pesawat drpd crash mendingan help ... help ... help ... aman deh
alhamdulillah akhirnya saya bisa sampai mengendalikan heli tersebut pada tempat yang sempit yaitu didalam garasi tanpa mengalami crash, setahun kemudian baru beranjak ke heli engine dan saya putuskan ambil yg kelas 30 karena saya yakin tidak mampu menerbangkan heli untuk gerakan 3D dan saya cukup puas bisa mengendalikan gerakan patroli saja alias keliaran sana sini dgn mencoba membuat heli diem ato suatu gerakan yang lempeng2 aja maklum nyali saya tidak ada ditambah mata tidak bisa diajak kompromi untuk mengalirkan informasi keotak utk dpt diterjemahkan mana depan/belakang mana kiri/kanan, untuk mengetahuinya mana depan/belakang ato kiri/kanan selalu harus melakukan gerakan tertentu tapi kebanyakan udah telat akhirnya ya gitulah, crash ...
dari pengalaman itu dan semangat mengudara masih ada mulailah lirik2 ke fixwing, disini saya bikin kesalahan lagi yaitu heli belum qatam trus mulai main pesawat secara bersamaan, akhirnya saya menghancurkan 1 buah pesawat, kesalahan saya waktu itu memainkan heli dulu sebelum pesawat akibatnya waktu melakukan counter suatu gerakan refleks saya seperti heli yaitu membayangkan menggerakkan mundur, tahu aja apa yang terjadi dipesawat ya kejengkang deh. nah dari situ akhirnya saya memutuskan mengandangkan heli sampai dengan waktu yg tidak dapat ditentukan tapi pasti suatu saat akan menerbangkan kembali sampai dengan saya bisa melakukan take off dan landing pesawat dengan baik dan benar untuk jenis pesawat dr mulai high wing trainer dan non trainer, low wing tariner dan non trainer maupun mid wing.
nah kira2 begitulah pengalaman saya hingga saat ini dalam berkecimpung hobby aeromodelling diantara waktu selang yang saya miliki, dr 5 bulan saya belajar menerbangkan fixwing dan tentunya dibawah bimbingan para senior dan pakar dibidangnya masing2, alhamdulillah sudah bisa take off sendiri untuk seluruh jenis wing, cuman mendaratkannya jangan ditanya dulu ya masih bisa dihitung dengan jari ... gile tuh deg2an amat ya mendaratkan pesawat drpd crash mendingan help ... help ... help ... aman deh