Grage Aeromodelling

Secara teoritis rumusannya sudah benar, tetapi dalam actualnya hasilnya bisa tidak sama, bahkan selisihnya bisa lumayan besar, sebab masih banyak faktor "X" yg tidak dimasukkan dalam rumus tsb, mis : bentuk airfoil dari propeller, material propeller (faktor gesek terhadap udara), terjadinya slip antara udara dan propeller sehingga volume udara yg melintas tidak sebanding dgn putaran prop. itu sendiri, terjadinya perubahan nilai rho sebelum dan sesudah melewati propeller (adanya komperressi dan juga perubahan suhu akibat gesekan) dll....dll...dst.
Jadi perlu diadakan eksperimen (penelitian) lebih lanjut untuk mendapatkan suatu angka kontanta (Empiris) yg menjadi salah satu parameter pada rumus tersebut hingga hasil teoritis maupun actual hampir sama (effisiensi 99,... %)

hahaha ... memang dalam prakteknya pasti ada perbedaan ...
cuman yg bikin saya nggak yakin sama rumus ini(selain karena hasilnya terlalu jauh berbeda), pada rumus ini bobot Diameter sama dengan bobot Pitch (sama2 fungsi kwadrat). padahal secara empiris semua mengakui kalau untuk menghasilkan static thrust, pengaruh Diameter itu jauh lebih dominan dari pada pitch.
itu sebabnya untuk pesawat 3D kita pake diameter besar pitch kecil, sedangkan untuk pylon kita pakai diameter kecil pitch besar.

itu yang juga bikin saya bingung.

saya curiga di rho nya pak soalnya fluida itu compresible jadi peningkatan tekanan juga mengubah massa jenis nya.
itu yang mesti dikoreksi lagi.
dari buku frank white capter 11 juga persamaan nya sama pak.

dulbehek wrote:itu yang juga bikin saya bingung.

saya curiga di rho nya pak soalnya fluida itu compresible jadi peningkatan tekanan juga mengubah massa jenis nya.
itu yang mesti dikoreksi lagi.
dari buku frank white capter 11 juga persamaan nya sama pak.

Betul...
Secara prinsip kerja propeller pada pesawat/heli sama dgn sekrup/baut, yg membedakan hanya pada medianya, propeller pada fluida (udara) sedangkan sekrup/baut pada benda padat (logam/kayu). masing2 memiliki pitch, pada baut/sekrup gerak majunya sebanding (linier) dengan jumlah putaran (medianya imkomperssible). Sedangkan pada propeller gerak majunya masih relatif (tidak linier) terhadap jumlah putaran sebab medianya kompressible (mampu mampat).
Dalam aplikasi (dunia aeromodelling) sederhanakan saja metodenya om, data power motor/engine sudah ada, yg dipilih cuma rpm saja (thrust atau speed), standar power loading juga sudah ada, kedua data tersebut diatas sudah lebih dari cukup dalam membangun sebuh pesawat model.
Beda dgn suhu christoffel yg membangun paratrike dari nol, yg mengharuskan memakai rumus2 yg sangat akurat, sebab yg dipertaruhkan nilainya sangat besar, mulai dari waktu, tenaga , biaya dan yg terakhir adalah keselamatan pilotnya sendiri, ada kesalahan sedikit saja bisa fatal...

apa mungkin efisiensi jg dipengaruhi bentuk propeller.ada yg lurus seperti propellernya hercules.mgkn efisiensi ini dihitung hanya mengacu panjang saja bukan luasan fisik propeller secara detail,terus bila jumlah blade naik apakah efisiensinya jg tetap,naik atau malah turun,seharusnya naik dgn kompensasi daya motor harus tambah.kemudian diagram pergerakan propeller maju dan pitch itu membentuk segitiga sedangkan perhitungan flow/debit berbentuk tabung mungkin disini perbedaanya saya jg belum cb.jadi harus dihitung luasan segitiganya dulu kalikan luasan propeller baru ketemu flow/debit.cb dibalik,dihitung setelah daya dorong didapat baru dipastikan efisiensi propeller nanti ditentukan rata ratanya dari sejumlah propeller dgn profil sama tapi dgn ukuran yg berbeda.

jumblah blade naik = more drag n efisiensi lebih kecil.
alasan nya mungkin suhu unding lebih tau.
bentuk prop ada taper, non taper. ada flat ada juga yang twits.

kalau di rumus ini kan nggak ada yg merepresentasikan propeller nya ...

kalau di rumus empiris yg saya pakai, parameter prop (bentuk, airfoil, lebar, distribusi pitch dll) sudah terwakili di koefisien prop_efectiveness, misalnya untuk APC nilainya 1.1 dst.

untuk jumlah blade, ada yg namanya blade coeffisien, nilainya 2 untuk 2 blade, 2.8 untuk 3 blade, 3.4 untuk 4 blade.
jadi effisiensi nya semakin rendah untuk jumlah blade semakin banyak. ini berkaitan dg efek wake dari blade di depan nya.

masalahnya di rumus yg saya pakai ini, pitch nya di haruskan normal, karena tidak di ikutkan dalam perhitungan thrust (dianggap tidak dominan kontribusinya). padahal kalau di prop besar, nilai nya jadi dominan ...

gini aja, siapa yg mau experimen tentang ini, biar kita bikin rumus empiris sendiri saja ... om dulbehek kah ?

saya experiment tapi buat wind turbin pak
itu aja tipe flat

wind turbine ? horisontal atau vertical axis ? udah pernah coba Darius helix vertical axis ? saya lagi coba bikin tuh ...
seperti ini nih

ruang yg di butuhkan relatif kecil, lebih aman, tidak berisik, arah angin tidak perlu tertentu, kecepatan putar tidak relatif stabil (setelah mencapai 400 RPM), dll ...

oops, sorry agak out of topic ....

christoffel wrote:wind turbine ? horisontal atau vertical ? udah pernah coba Darius vertical axis ? saya lagi coba bikin tuh ...
seperti ini nih

temen saya ada yang uji turbin salvonius tipe L
saya rencana nya uji coba horizontal axis dg pengubah sudut n temen saya nguji efek taper nya terhadap torsi n rpm turbin.