anelah wrote:Masukkan blade ke lubang pada pitch gauge (=PG) yang telah disetel 11deg. Flybar rod paralel tail boom. Pada throttle=1, TX/swash/pitch disetel sambil inceng pitch gauge sampai kira2 flybar rod paralel dengan badan PG, paralel dengan bagian PG yg ada angkanya. Beres deh. Nah, setelah PG dilepas sudut blade tdk lagi 11deg, karena pada saat tadi PG menjadi satu dengan blade, blade lebih miring kesamping karena PG yg titik beratnya tdk berada ditengah2. Inilah sebabnya saya coba cari cara lain tanpa PG. hehehe...
Pasang PGnya hampir sampai pada blade holdernya om, jangan diujung blade...he..he..he semoga membantu.
Pemula ijin ikutan diskusi ya suhu biar bisa nambah ilmu.... Jika om Anelah ingin menyeting ulang pitch curve pada heli pada tx bukan hardware/heli/phisik yang sebelumnya telah di seting harus di ketahui dulu setingan awal pada hardware/heli-nya misalkan telah di seting pada min pitch -11 deg tengan 0 de dan max +10 deg, kemudian pada tx/radio di seting untuk pemula agar pitch heli mendapatkan curve pada heli -4,+5,+10 (secara hardware), maka pada tx di seting curve 31.8%, 50%, 72.7%,81,8%, 95.4% ....
pada bagian ini
Kalau seandainya heli telah disetting mekanik pada throttle linear, throttle = 1/2 dan blade level. Maka, jika sekarang pada throttle curve 3 ~ 70% dan heli mulai meninggalkan landasan pada posisi throtle=1/2 tambah dikit (73%), apakah saya sudah bisa asumsikan bahwa pitch min/max = -11/+11 ? Karena pitch +5 = 73%
Berarti pada hitungan saya sudah mendekati yaitu 72,7% dengan 73%, jadi bilamana pada min stick di seting 32% pada tx dan mendapatkan pitch -4 deg di hardware/heli kemudian pada stick di tengah tx=73% di hardware/heli dapat +5 deg dan pada stick full di seting 95.5% di heli mendapatkan +10 deg, maka jika di tx di ubah pada curve linear dari 0 hingga 100% maka bisa di pastikan bahwa pada heli/hardware akan mendapatkan pitch -11 s/d +11 deg... Hanya pada contoh soal ini
Sorry tapi masih belum jelas, harap maklum. Setingan untuk pi-cv dan th-cv kan sudah ditentukan dan diprogram pd TX, misalnya utk terbang normal pi-cv:40,60,75,87.5,100 dan th-cv:0,40,70,85,100. Artinya kan RPM dan pitch sudah jelas. Nilai th-vh kan dalam % dan bukan deg dan ini tergantung dari min/max pitch (dalam hal ini -11/+11), nah ini yg harus disetel dengan bantuan pitch gauge (atau dng cara lain mungkin bisa), dimana pada RX disetel pada menu swash/pit. Dengan syarat bahwa pada throttle=1/2 blade level (segaris dng tail boom) dan heli terangkat pada posisi throttle=1/2 dimana pada rx ini samadengan 70% kan kena deh... pitch min/max nya -11/+11
tidak diketahui derajat pitch pada hardware, min berapa deg, max berapa deg....
Sepertinya gak bisa pak kalo ingin mencari range pitch nya tanpa bantuan pitch gauge (PG)..
Biasanya saya melakukan setting tsb sbb:
1. Setting semua linkage sesuai (mendekati) manual helinya.. 2. Lalu setting saat stick trotle di tengah (50%) -> sudut pitch = 0 degree... 3. Selajutnya periksa posisi swashplate apakah sudah betul-betul level pada pitch = 0. 4. Baru untuk menset nilai range pitch (+/-), pasang PG, dan atur nilai Swash AFR pada TX...
Jadi, IMO, amat mustahil mengatur range pitch maksimum sesuai keinginan tanpa bantuan PG... CMIIW...
Saya coba tengahi de, daripada bikin bingung..saya sendiri udah mumet baca dari awal topik ini.
Untuk melakukan adjustment pada main blade, penggunaan PITCH Gauge adalah sebuah keharusan dan satu2nya cara yg efektif dalam menentukan besaran pitch secara mekanis. Penggunaan pitch gauge yg benar adalah menempatkan gauge pada posisi yg sedekat mungkin dengan ujung tip main blade. Perlu diingat, pada helikopter, selalu terjadi apa yg dinamakan conning pada main blade, Anda bole perhatikan pada helikopter yg realnya..main blade saat berputar akan terlihat melengkung ke atas saat heli take-off, bukan sejajar paralel dengan fuse lage nya. Nah, ini juga patut kita perhitungkan pada R/C helicopter kita.Meskipun main blade nampak lurus sejajar dengan tail boom, namun saat berputar, tetap saja conning effect ini terjadi, meskipun hampir tidak terlihat. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan bahwa ujung tip masing2 main blade membentuk pitch yg sama saat berputar ato yg biasa kita namakan tracking(main blade berputar pada lintasan yg sama)...Inilah kenapa saya menyarankan agar menempatkan pitch gauge pada posisi yg sedekat mungkin dengan ujung tip main blade.Satu lagi sebagai informasi tambahan, Conning effect adalah penentu kestabilan helikopter sendiri. Semakin stabil sebuah helikopter maka semakin kecil kelincahan ber-manuvernya.
Kembali mengenai penggunaan Pitch gauge, anggapan bahwa sudut main blade menjadi tidak sama setelah gauge dilepas saat melakukan pengukuran, saya rasa ada kekeliruan dalam memahami dan menerapkannya. Saat pitch gauge diposisikan pada main blade, ada 2 metode yg yg mana ini disesuaikan dengan produk helikopter masing2, ini disebabkan konstruksi dari rotor housing dan main blade grip yg berbeda-beda. Misalkan saya ambil contoh nyata yg saya tau persis,pada kondisi power plant OFF, T-Rex 600 NP by ALIGN, memiliki konstruksi mekanik blade grip yg sangat rigid, yaitu sejajar dengan rotor housingnya, sedangkan Sceadu Evolution 50 by HIROBO, main blade grip justru sedikit sloppy sehingga tidak sejajar membentuk garis lurus terhadap rotor housingnya. Dengan kenyataan yg berbeda ini, maka perlakuan yg diterapkan juga berbeda.Pada helikopter semacam Sceadu Evo 50, saat pitch gauge kembali diposisikan pada main blade,maka untuk menentukan besaran sudut pitch yg tepat,maka kita kita harus posisikan main blade untuk sejajar dengan rotor housingnya, dengan cara mengangkat ujung tip main blade sedikit, ini adalah sebagai simulasi saat main blade berputar.Sedangkan utk T-Rex 600 NP, cara seperti ini tidak perlu dilakukan. Hal2 semacam ini selalu disebutkan dalam manual book masing2 helikopter dan perlu dicermati
Angka2 prosentase yang ada pada Throttle curve dan Pitch curve pada Transmitter bukanlah parameter yg berdiri sendiri,namun berjalan seiring dengan adustment secara mekanik yg dilakukan pada rotor head assy. heli. Artinya, nilai prosentase pada Tx bukan menjadi pedoman awal, namun akan kita sesuaikan nantinya dengan adjustment mekanis. Jadi jika Anda hanya merubah nilai prosentase pada kedua curve (TX)tanpa memperhatikan besaran sudut(pitch) yg nyata pada main blade adalah sangat tidak disarankan.Karena tujuan kita melakukan ini adalah menselaraskan antara angka2 pada kedua curve dengan gerak mekanis yg terjadi pada rotor head assy. dan mencapai power efficiency dari heli shingga kita dapat menghindaria terjadiny mechanical binding dan failure power plant.
Basic rule yg saya gunakan selalu adalah sebagai berikut : Nilai pitch curve pada 0 - 100 % harus sama dengan sekitar -11/-10 deg hingga +10/+11 deg. Artinya,pada pitch curve yg linier yaitu 0 %, 25%, 50% ,75% ,100%, maka besaran sudut yg terjadi haruslah menunjukkan -11/-10deg sampai dengan +10/+11 deg, dengan nilai 50% pada pitch curve harus menunjukkan besaran 0 deg(untuk idle flight mode) Jika kondisi ini tercapai,maka penentuan besaran pitch pada Normal flight mode akan menjadi lebih mudah lagi, dengan hanya mengubah nilai pada pitch curve, namun perlu diuji kembali dengan penggunaan pitch gauge
Adjustment awal pada pitch secara mekanis yg benar telah disebutkan oleh mas Ronnie, yaitu menyamakan panjang setiap linkage rod mulai pada swashplate hingga main blade grip sesuai dengan manual book helikopter sendiri. Ini dimaksudkan agar secara mekanis semua pergerakan akan mendekati sesuai dengan harapan kita dan melakukan sedikit saja adjustment lanjutan agar benar2 pas dan sekali lagi ini utk mencegah terjadinya mechanical binding Dan saya tambahkan, semua trimming dan sub trimming pada nilai 0% pada Tx dengan servo horn pada pada posisi 90 deg,neutral.
Pada normal flight mode ,untuk heli 450 EP dan heli engine ,penggunaan Throttle curve yg linier misalkan 0 %, 25%,50%,75% ,100% , dengan point ke tiga sama dengan 50% sangat tidak saya sarankan. Perlu disadari, pada point ke 3,baik pada throttle dan pitch curve, heli harus take-off dan ini adalah kondisi yg kritikal bagi power plant heli sendiri, dimana nilai 50% sendiri pada Throttle curve ,berdasarkan pengamatan saya, sangat kurang mampu untuk menghandle beban mekanis sebesar +5deg positif. Dampak yg nampak adalah ESC menjadi sangat panas pada heli 450 EP dan heli engine mengangguk-angguk(kekurangan RPM). Bagi Anda yg tengah belajar hovering, maka silakan diperhatikan keterangan dari saya ini, karena hovering adalah manuver heli yg sangat berat bagi power plant heli.Lebih baik Anda menggunakan prosentase yg lebih besar pada point ke 3 untuk Throttle, misalkan antara 80-88% pada heli 450 EP, dan sekitar 60-70% pada heli engine,misalkan. Bagi Anda yg telah menguasai manuver2 lanjut pada heli,khusus nya pada heli engine, maka saya sarankan Anda untuk menggunakan Normal Flight mode hanya pada saat take-off dan landing saja. Semoga dapat memberikan inspirasi
Pemasangan PG selama ini sudah diletakkan sedekat mungkin dengan main rotor. Menggunakan pitch min/max = -11/+11 pada heli 250/450 dengan normal mode untuk th-cv dan th-cv sesuai manual. Dengan asumsi semua settingan awal sudah benar sesuai manual, maka selama ini dengan pertolongan PG biasanya didapat nilai utk swash AFR sekitar 32~36. Nah, kalau menggunakan nilai hasil PG biasanya heli lepas landas pada th mendekati 1 dan bukankanh ini artinya max pitch kurang atau < +11 ? Biasanya, klo sdh begini saya tambahkan nilai pada swash arf demikian sehingga heli terangkat pada th = 1/2 (tambah dikit). Test terbang normal selama 6menit, cek motor/esc/lipo anget2 sajah, untuk Idle-1 dan Idle-2 ngikut. Pada Idle-2 semuanya panas. Pingin sih. bisa tepat, tapi dengan PG. Sepertinya yg mempunyai masalah ini hanya saya saja, sampai memiliki 2 PG dan hasil dari keduanya sama saja alias sami mawon...
TERIMA KASIH buat semuanya. Hmmm...ini masalah tidak bisa menggunakan PG ?
Pernah mencoba dengan cara menghitung sinus alpha, alpha = +11;+5;-11;... untuk mendapatkan jarak antara kedua ujung blade pada th = 1;1/2;0;... Masalahnya kalau blade dilipat ujung ketemu ujung dan flybar rod disejajarkan tail boom/ground dan diintip sudut antara flybar rod dengan kedua blade tsb tidak sama besarnya, mestinya, teoritis, sudut akan sama besar atau flybar rod berada persisi ditengah2 antara kedua blade tsb.... tambah menjengkelkan bukan.
Penggunaan pitch gauge yg benar adalah menempatkan gauge pada posisi yg sedekat mungkin dengan ujung tip main blade.
Wah muantapp... sangat detail, yang saya sadari saya melakukan kesalahan adalah selama ini saya mengukur twist bladenya salah, karena meletakkan Pitch Gauge ditengah cendereung ke arah Blade Grip, tapi ternyata seharusnya di ujung (tip ) blade ya..hm..m.h.m.h..mh. , wah terima kasih sekali suhu Budiman atas pencerahannya.
Last edited by handoyo6299 on 11 Feb 2011, 08:26, edited 1 time in total.
Budiman wrote: Untuk melakukan adjustment pada main blade, penggunaan PITCH Gauge adalah sebuah keharusan dan satu2nya cara yg efektif dalam menentukan besaran pitch secara mekanis. Penggunaan pitch gauge yg benar adalah menempatkan gauge pada posisi yg sedekat mungkin dengan ujung tip main blade.
anelah wrote:Pemasangan PG selama ini sudah diletakkan sedekat mungkin dengan main rotor.
handoyo6299 wrote:Wah muantapp... sangat detail, yang saya sadari saya melakukan kesalahan adalah selama ini saya mengukur twist bladenya salah, karena meletakkan Pitch Gauge ditengah cendereung ke arah Blade Grip, tapi ternyata seharusnya di ujung (tip ) blade ya..hm..m.h.m.h..mh. , wah terima kasih sekali suhu Budiman atas pencerahannya.