PT. DI dipailitkan, itulah suatu realita yang sebenarnya tak perlu terjadi kalo punya manajemen yang kuat dan bagus.
Saya ingat dulu waktu jaman orde baru,...
PT. PAL juga bisa bangun kapal kargo namanya Caraka Jaya Niaga, bagusnya dia dia bisa lobi ke pemerintah agar semua Perusahaan pelayaran nasional wajib beli produk tersebut butuh ato tidak butuh.
tapi sisi positifnya, PT. PAL lebih tegar dihantam krismon dan kini riak riak reformasi.
sisi buruknya banyak perusahaan pelayaran nasional yang kemudian menjual sahamnya ke pihak asing untuk nutup pembelian kapal,....
Buat saya gak masalah karena itulah liberalisasi.
nah kalo PT. DI, begitu CN 235 dlm tanda kutip laku di eropa (made in cassa) kita langsung sibuk buat offsetnya saja gak ada tindak lanjutnya.
Coba bayangkan kalo dari tauhn 1986 saja (kalo tidak salah CN 235 roll out tahun 1986 ya?

contoh: merpati baru beberapa pakai CN 235, DAS malah pakai Twin otter, atau bberapa pakai ATR.
kemudian TNI AU/ TNI AL daripada beli Fokker 27 atau Nomad kan mendingn CN 235 toh?
Terlepas CN 235 itu pesawat bagus atau tidak tapi Natioanal Pride kan mesti ada toh?
Nah, sekarang yah emang kondisi PT. DI sudah kayak gitu yah kita harus ikhlas PT. DI dipailitkan.
Mungkin investor luar pun gak ada yang tertarik untuk mengakuisisinya ataupun merger kalo lihat manajemennya kaya sekarang.
Sekian komentar saya
